Minggu, 24 Agustus 2008

Tiba-tiba Mimpi Itu Datang

Sungguh tak pernah kusangka kau kan hadir dalam mimpiku. Aku pun tak pernah menduga bahwa malam-malamku sejak sebulan yang lalu terisi bersamamu. Apakah ini aib bagiku ataukah anugerah? Apakah ini kehendak Tuhan ataukah nafsuku yang bersuara laksana suara Tuhan. Ingin kusampaikan kepadamu semua yang terjadi dalam mimpi-mimpiku, tapi bibirku belum siap untuk menyuarakannya. Ingin kusampaikan siapa aku sebenarnya, tapi hatiku belum berani untuk melakukannya. Selama ini aku mengenalmu sebagai sosok yang baik. Kau adalah laksana adik bagiku yang ingin sekali kubimbing agar kau melihat jalan yang lurus. Aku ingin menjadi sosok yang bisa mencarikan jalan keluar dari segala persoalan yang kau hadapi. Tapi aku tak pernah mengungkapkan itu padamu. Ya..., biarlah ini menjadi hasrat hati yang hanya bersuara di dalam hati. Aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Aku tak bisa menyentuhmu. Mendekatimu pun bahkan ku tak mampu. Tapi, kehadiranmu akhir-akhir ini dalam mimpi-mimpiku telah mengusik ketenangan jiwaku. Apa ini? Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Apakah engkau mengalami hal yang sama atau justru hanya aku? Entahlah..., sebuah pertanyaan yang tak mampu kujawab sendiri. Ketika akhirnya kutahu bahwa engkau melanjutkan studimu di Yogyakarta, dan akan tinggal di sana, ketenanganku semakin terusik. Sepertinya ada ketidakrelaan dalam hatiku karena tentunya akan sangat jarang aku bisa menatapmu lagi. Hasrat yang terpendam. Mungkinkah mimpi itu datang membawa mahabbah? Tapi, layakkah ini disebut mahabbah? Ataukah ini akan menjadi aib? Ya Allah..., tunjukkan padaku kebenaran. Akankah selubung mahabbah ini selamanya tertutup?